GEORGE OBUS

Kalteng Kita

GEORGE OBUS
George Obos (G. Obus/Obos ) dari wakil Pemuda Dayak di Sumpah Pemuda , Intelejen TNI AL hingga Pembentukan Provinsi Kalteng

George Obus (menurut Buku Sejarah Palangka Raya, Penulisan dan pelafalan nama yg benar berdasarkan sumber pustaka adalah George Obus) lahir Hari Rabu , tanggal 24 Desember 1902. Merupakan Putra dari Heine Umar. Lahir di daerah sungai Katingan yg di sebut dlm bahasa Dayak Kuno “Tewang Sangalang Garing” .

Pada tahun 1926 G. Obus lulus dari Zeevaart School (Sekolah Pelayaran) di Surabaya. Dan juga menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Tinggi Bahasa Jepang (Koto Nipponggo Gakko) di Surabaya. Pada masa itu mulai timbul pergerakan kebangkitan Asia dgn munculnya kesadaran untuk berorganisasi.

Perjuangan sebelum Kemerdekaan dengan Kesadaran berorganisasi dan Kecintaan yang Besar bagi Bangsa dan Negara dalam tujuan mengangkat Harkat dan Martabat dengan rasa senasib dan sepenanggungan yang sama maka mulai menimbulkan ide bagi para pemuda Kalimantan (Borneo) yang saat itu berada di Jawa. Maka pada tanggal 21 Mei 1926 berdiri organisasi Pemuda Borneo di Surabaya dan menunjuk George Obus sebagai Komisaris untuk wilayah Kalimantan Selatan (Borneo Selatan, pada saat ini menjadi Kalsel dan Kalteng). Dalam gerakan kepemudaan, G. Obus (berdarah Dayak) bersama Masri (berdarah Banjar) menjadi wakil Persatuan Pemuda Borneo yg berkedudukan di Surabaya , dalam kongres Pemuda 1928 yang terkenal menghasilkan “Soempah Pemoeda.”

Pada tanggal 8 Juni 1929 di Surabaya berdiri Partai Politik dengan nama Partai Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), yang di ketuai oleh Dr. Soetomo. Dalam susunan kepengurusan PBI , G.Obus duduk dalam pengurus inti . Setelah 6 tahun PBI di bentuk dilakukan musyawarah besar bersama Boedi Oetomo dan Pengurus Besar PBI di Surakarta. Dalam musyawarah ini menghasilkan kesepakatan untuk bergabung, kemudian membentuk Partai Indonesia Raya (PARINDRA). Bersama PARINDRA ini G.Obus menjadi satu Pengurus

Pada bulan Juni 1944, organisasi Pemuda Kalimantan (Borneo) yg dipelopori G. Obus bersama pengurus lain yaitu Gusti Mayur , H. Abdulgamasir, H. Mugeni Tayib, sepakat mengadakan pertemuan menyusun strategi mempersiapkan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Seiring kekalahan Jepang terhadap Sekutu, pada tanggal 17 Agustus 1945 maka bangsa Indonesia menyatakan Kemerdekaannya.

Perjuangan Merpertahankan Kemerdekaan pada bulam September 1945, G. Obus terpilih sbg ketua Badan Oesaha Goebernoer Boerneo (BPOG). BPOG bersama PRIK (Pemuda Republik Indonesia Kalimantan) menyusun rencana untuk mengirimkan ekspedisi ke Kalimantan dgn menggunakan Kapal Laut , maka G. Obus selaku ketua BPOG di dampingi Gusti Mayur berangkat ke Bandung menghadap Gubernur Kalimantan Selatan, Ir. P.M. Noor. Kemudian mereka kembali ke Surabaya , dimana suasana mulai kacau dan siap tempur melawan tentara Jepang.

Tanggal 19 September 1945 Terjadi peristiwa Hotel Oranye (Hotel Yamato – Surabaya). Peristiwa bermula ketika sekelompok orang Belanda yang dipimpin Mr. Pluegman mengibarkan bendera Merah Putih Biru di puncak sebelah kanan hotel. Para pejuang Indonesia melakukan perobekan warna biru pada bendera Belanda, yang berwarna merah, putih dan biru, dengan demikian bendera itu menjadi merah putih yaitu bendera Republik Indonesia. Insiden bendera itu juga mengakibatkan terbunuhnya Mr. Pluegman. Para pejuang Kalimantan yg tergabung dlm PRIK dan BPOG juga melakukan penyerangan thd markas-markas tentara Jepang dan gedung Kenpeitai. Merampas senjata dalam jumlah yg banyak.

Kedatangan Sekutu dan NICA di Surabaya yg dimulai dari September sampai November 1945. Disambut dgn pertempuran di beberapa front, dimana anggota Pemuda Kalimantan (Borneo) yg tergabung dalam PRIK dan BPOG ikut dalam pertempuran tersebut. Selain itu BPOG juga sibuk melakukan mengirimkan ekspedisi ke Kalimantan dgn Kapal bernama “Merdeka” , walaupun kapal “Merdeka” rusak ditembaki tentara Sekutu , tapi pengiriman ekspedisi ke Kalimantan masih dilakukan dgn menggunakan Kapal Layar. Pada pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya , G. Obus ikut berjuang mempertahankan front Utara (daerah Pelabuhan sekarang ). Pada akhir Desember 1945, BPOG dibubarkan dan dibentuklah Ikatan Pejuang Kalimantan (IPK).

Pada tanggal 4 April 1946 Staf Pimpinan ALRI Divisi IV Kalimantan dilantik di Mojokerto :

– Komandan : Letnan Kolonel Djakaria Makdun

– Kepala Staf : Mayor Firmansjah

– Kepala Keuangan Merangkap S.O.I. MB ALRI : Mayor George Obus

– Kepala Staf I : Letnan I A. Zaidi

– Kepala Ketentaraan : Kapten Anang Pieter

– Keuangan : Letnan I Achmad Sarwani

– Tata Usaha : Letnan I H. Sirat

– Penghubung Divisi Dengan MB ALRI : Kapten Beyk

– Wakil Tata Usaha : Letnan II Gusti Anawar

– Perlengkapan : Letnan II Darmansjah

Markas Besar ALRI Divisi IV Kalimantan di Mojokerto, kemudian membagi daerah Kalimantan atas 3 daerah ALRI, yaitu Divisi IV pertahanan A untuk daerah Kalimantan Selatan (termasuk Kalteng sekarang), ALRI Divisi IV B di daerah Kalimantan Barat, ALRI Divisi IV C di daerah Kalimantan Timur.

G. Obus dengan Pangkat Letnan Kolonel Angkatan Laut RI (ALRI) ditugaskan menjadi staf ALRI divisi IV bagian Intelejen merangkap Staf IV/Intelijen Mabes TNI-AD sampai thn 1951. Pada thn 1951 G. Obus Diangkat menjadi anggota KNIP berdasarkan keputusan Presiden RI no 38 thn 1951 dengan domisili Yogyakarta.

Tugas G. Obus dlm KNIP adalah melakukan pendekatan kpd Pemerintah Negara Federasi RIS di Kalimantan yaitu : Dewan Dayak Besar , Federasi Kalimantan Timur , Dewan Daerah Banjar, Federasi Kalimantan Tenggara dan Daerah Istimewa Kalimantan Barat untuk bergabung kembali ke RI. Tugasnya tersebut di laksanakan dengan baik sehingga 4 Negara Federasi RIS menyatakan siap bergabung , kecuali Daerah Istimewa Kalimantan Barat.

Suasana Kalimantan pada tanggal 29 Juni 1950 ditandai dgn keputusan Menteri Dalam Negeri No : C.17/15/3 tentang pembentukan Daerah yg berhak mengatur rumah tangganya sendiri maka ditetapkanlah G. Obus sbg Bupati Kepala Daerah Kabupaten Barito Utara masa bakti 1951-1954 (kemudian tanggal ini menjadi hari jadi Kabupaten Barito Utara ). Berdasarkan ketentuan ketentuan UU Darurat no. 3 thn 1953 thn 1953. Lembaran negara No.9 tahun 1953 , Tambahan lembaran Negara No. 352, maka kabupaten Kapuas yg meliputi Kawedanan-kawedanan Kapuas , Kahayan dan Dayak Hulu sebagaimana Keputusan Menteri Dalam Negeri No C17/15/3 jo.- No Pem 20/1/147 – Jo Keputusan Menteri Dalam Negeri tgl 8 September 1951 No Pem 20/6/10. Sehubungan dgn ini maka G. Obus diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Kapuas. Masa bakti 1956-1958 menggantikan R. Badrus Sapari.

Bulan Desember 1953 sebuah delegasi tokoh-tokoh Dayak yang dipimpin oleh Bupati Barito , George Obus melakukan pertemuan dgn C. Simbar. Sebuah kesepakatan telah tercapai, sebab hari berikutnya Christian Simbar, tokoh Gerakan Mandau Talawang Pancasila (GMTPS) yang bertujuan agar ada Provinsi Kalteng terpisah dari Provinsi Kalsel yang lebih dahulu ada oleh Pemerintah Pusat dengan melakukan gerakan bersenjata sehingga pada akhirnya menyerah dan berhenti dalam melakukan aksinya serta di ikuti dengan 129 pengikutnya dalam Perdamaian dan Suasana Kebersamaan bagi Pembangunan Daerah (Indonesia Berdjuang 05-12-1953,06-12-1953). Christian Simbar merupakan sosok asli masyarakat Kalimantan Tengah dari Dayak Maanyan, memiliki Istri bernama Tate yang juga Dayak Maanyan dan memiliki anak lelaki satu-satunya bernama Nan Sarunai yang menikah dengan Perempuan Asli Dayak Ngaju, tinggal di Kuala Kapuas dan kini berdomisili di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur. Ini merupakan perpaduan yang baik dari Dayak Maanyan dan Dayak Ngaju dalam pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah.

Pembentukan Provinsi Kalteng sesuai keinginan Pembentukan Propinsi Otonom Kalimantan Tengah yang meliputi 3 kabupaten yaitu Kapuas, Barito dan Kotawaringin, akhirnya disetujui oleh pemerintah RI. Pada tanggal 28 Desember 1956 Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan nomor U.P.34/41/24 yang antara lain menyatakan terbentuknya Kantor Persiapan Pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah yang berkedudukan langsung dibawah Kementrian Dalam Negeri. Kantor persiapan tersebut untk sementara ditempatkan di Banjarmasin serta ditunjuk 21 orang personil sebagai pelaksana dan sementara berkantor di kantor gubernur Kalimantan. Gubernur RTA Milono ditunjuk sebagai Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah. Pelaksana tugas-tugas yang menyangkut urusan Pemerintah Pusat ,bertanggung jawab langsung kepada Menteri Dalam Negeri sedangkan urusan Daerah Otonom, bertanggung jawab kepada Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Selatan. Selanjutnya Tjilik Riwut (pada waktu menjabat sebagai Residen pada Kementerian Dalam Negeri) dan George Obus, Bupati Kepala Daerah Kapuas, ditugaskan membantu Gubernur Pembentuk provinsi Kalimantan Tengah di Banjarmasin, sekaligus Bupati G.Obus diangkat sebagai Kepala Kantor Persiapan Kalimantan Tengah. Drs F.A.D Patianom ditunjuk sebagai Sekretaris Kantor Persiapan Pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah. Residen Tjilik Riwut dan Bupati G Obus membantu Gubernur RTA Milono agar pembentukan propinsi Otonom Kalimantan Tengah dapat terlaksana dalam waktu secepatnya.

Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah R.T.A. Milono selanjutnya mengambil suatu kebijaksanaan membentuk Panitia untuk merumuskan dan mencari dimana daerah atau tempat yang pantas atau wajar untuk dijadikan Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah. Panitia yang dibentuk pada tanggal 23 Januari 1957 terdiri dari :

a. Mahir Mahar, Ketua Kongres Rakyat kalimantan Tengah, sebagai Ketua merangkap Anggota.

b. Tjilik Riwut, Residen pada Kementerian dalam Negeri diperbantukan pada Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah, sebagai Anggota.

c. G. Obus, Bupati Kepala Daerah diperbantukan pada Gubernur PembentukPropinsi Kalimantan Tengah, sebagai Anggota.

d. E. Kamis, Pensiunan Korps Pamong Praja/kiai (Wedana) dan Pimpinan PT Sampit Dayak di Sampit, sebagai Anggota.

e. C. Mihing, Pegawai/Pejabat pada Jawatan Penerangan Propinsi Kalimantan di Banjarmasin sebagai Sekretaris merangkap Anggota,

dan sebagai Penasihat ahli adalah :

a. R. Moenasier, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Persiapan Propinsi Kalimantan Tengah.

b. Ir. D.A.W. van Der Pijl, Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Persiapan Propinsi Kalimantan Tengah/Kepala Bagian Gedung-gedung.

Yang kemudian memutuskan Kampung Pahandut (Palangka Raya skrg , yg pada saat itu masuk wilayah Kabupaten Kapuas) menjadi Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini karena letaknya yang strategis merupakan Kampung yang terletak di tengah, di kelilingi Bukit Pasir yang merupakan modal bagi sarana pembangunan dan Danau Rawa yang merupakan sumber bahan makanan hewani yang dapat di manfaatkan bagi kehidupan masyarakat.

Pada tahun 1960-1967 George Obus menjadi anggota MPRS. Pada Senin tanggal 19 April 1982 pukul 19.30 WIB , rakyat Kalimantan Tengah berduka, dengan wafatnya seorang putera terbaiknya. George Obus wafat di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin karena menderita sakit. Pada saat wafat , George Obus meninggalkan seorang Istri (Emilie Hillep) , 9 anak ( 5 laki-laki dan 4 perempuan ) , 37 Cucu dan 10 Cicit.

*Catatan : George Obus seorang tokoh DayaNgaju juga sering disapa dgn nama Bapa Ferdy .

Berikut Daftar Bintang Jasa yang di terimanya :
1. Bintang Gerilya
2. Satyalencana Perang Kemerdekaan I
3. Satyalencana Perang Kemerdekaan II
4. Satyalencana GOM I
5. Satyalencana GOM II
6. Satyalencana GOM IV
7. Satyalencana Penegakan Kemerdekaan RI

Selain itu, George Obus oleh Pemerintan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah , diabdikan namanya menjadi nama Jalan Besar di Kota Palangkaraya (Jalan G. Obos). Demikianlah Sosok Pemuda Dayak yang telah mengikuti Sumpah Pemuda dan Mengharumkan nama Bangsa dan Tanah Airnya Tanah Dayak sebagai Kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Sumber : Postingan FB Hermillae Hermillae


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid04teCvC8F3fD6nWvhZmxaDFhMDhihoFsgb4yKGc2JteRmqYpijmBNT6NEHQHwvZLZl&id=100001001649738

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Sosok “GEORGE OBOS”